PENGENDALIAN BIOFOULING PADA SISTEM AIR PENDINGIN
/0 Comments/in Uncategorized /by adminPENGENDALIAN BIOFOULING PADA SISTEM AIR PENDINGIN
Sistem air pendingin khususnya sistem resirkulasi terbuka,
merupakan lingkungan yang disukai untuk pertumbuhan mikro organisme.
Pertumbuhan mikroba pada permukaan yang basah akan menimbulkan pembentukan
biofilm. Jika tidak dikontrol, akan menimbulkan biofouling di sistem air
pendingin dan menurunkan performa peralatan, mendukung korosi logam, dan
mempercepat kerusakan pada material kayu.
Permasalahan Akibat Biofouling
Fouling oleh mikroba pada sistem pendingin adalah akibat
dari pertumbuhan alga, jamur, dan bakteri yang berlebih pada permukaan. Sistem
pendingin sekali lewat, sistem resirkulasi terbuka, sistem tertutup dapat
mendukung pertumbuhan mikroba, akan tetapi permasalahan fouling biasanya
terjadi lebih cepat dan parah pada sistem resirkulasi terbuka.
Aliran air sistem resirkulasi terbuka umumnya mengandung
relatif sedikit nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba, sehingga
laju mikroba relatif lambat. Sistem resirkulasi terbuka menyerap mikroba dari
udara dan akibat penguapan maka terjadi peningkatan konsentrasi nutrien. Oleh
karena itu, pertumbuhan mikroba lebih cepat dibandingkan sistem lain. Kebocoran
proses dapat berkontribusi lebih jauh terhadap kandungan nutrien pada air
pendingin.
Selain ketersediaan nutrien organik dan anorganik, faktor
seperti temperatur, pH normal, dan aerasi kontiniu dari air pendingin
berkontribusi menjadi lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan mikroba. Cahaya
matahari dibutuhkan untuk pertumbuhan alga dapat juga hadir sehingga berbagai
populasi besar dari mikroba dapat berkembang.
Akibat dari pertumbuhan mikroba yang tidak terkendali pada
permukaan adalah pembentukan lendir. Lendir tipikalnya merupakan agregat dari
material biologi dan nonbiologi. Komponen biologi, dikenal sebagai biofilm,
terdiri dari sel mikroba dan produk sampingnya. Produk samping yang dominan,
extracellular polymeric substance (EPS), merupakan sebuah campuran dari polimer
terhidrasi. Polimer ini membentuk jaringan berbentuk gel di sekitar sel dan
muncul untuk membantu menempel pada permukaan.
Lendir dapat terbentuk pada sistem pendingin sekali lewat
dan resirkulasi dan dapat terlihat atau terbentuk pada daerah yang susah
dilihat. Pada daerah yang tidak terlihat, lendir dapat diindikasikan dengan
penurunan efisiensi perpindahan panas atau pengurangan laju alir air. Organisme
perusak material kayu dapat masuk sistem pendingin yang terbuat dari kayu,
mencerna kayu dan menyebabkan kerusakan pada struktur kayu. Aktivitas mikroba
di bawah deposit atau di dalam lendir dapat meningkatkan laju korosi dan bahkan
melubangi permukaan perpindahan panas.
Mikrobiologi dari Air Pendingin
Mikroorganisme
Mikro organisme yang membentuk deposit lendir pada sistem
air pendingin merupakan mikroba yang menyebar melalui tanah, air, dan udara.
Mikroba ini dapat masuk ke sistem melalui air makeup, baik dalam jumlah sedikit
ketika menggunakan air bersih atau dalam jumlah banyak ketika menggunakan air
limbah. Jumlah yang banyak dapat juga diserap dari udara ketika udara diserap
melewati menara pendingin. Kebocoran proses juga berkontribusi terhadap
masuknya organisme.
Beberapa dari banyak mikroba dapat berkoloni pada sistem
pendingin industri (a)bakteri bentuk batang, (b)alga biru-hijau bentuk
filamen/cianobakteri, (c)alga hijau satu sel, (d)jamur banyak sel (ragi),
(e)jamur filamen
Bakteri. Berbagai jenis bakteri dapat berkoloni pada sistem
pendingin. Bakteri berbentuk spiral, batang, dan bola, dan filamen merupakan
bakteri yang umum pada sistem pendingin. beberapa menghasilkan spora untuk
bertahan pada lingkungan yang tidak mendukung seperti musim kering atau
temperatur tinggi. Baik bakteri aerob maupun anaerob dapat ditemukan pada
sistem air pendingin.
Jamur. Dua bentuk jamur yang umumnya ditemukan yaitu mold
(bentuk filamen) dan ragi (bentuk satu sel). Mold dapat menjadi sangat
membahayakan, menyebabkan pembusukan putih atau pembusukan cokelat pada kayu
menara pendingin, tergantung pada apakah mereka selulolitik (menyerang
selulosa) atau pendegradasi lignin. Ragi atau juga selulotik dapat menghasilkan
banyak lendir dan suka membentuk koloni pada permukaan kayu.
Alga. Alga merupakan organisme fotosintesis. Alga biru-hijau
merupakan alga yang paling umum pada sistem pendingin (alga biru-hijau sekarang
dikelompokkan sebagai bakteri dan disebut sebagai cianobakteri). Berbagai tipe alga
bertanggung jawab atas pertumbuhan warna hijau pada bagian block screen dan
distribution deck. Fouling yang parah akibat alga dapat menimbulkan aliran air
yang tidak merata dan mengurangi efisiensi menara pendingin.
Perbedaan dan Persamaan
Meski alga, jamur, dan bakteri memiliki banyak perbedaan,
mereka juga memiliki banyak karakter yang mirip. Persamaan dan perbedaan ini
penting dalam memahami dan mengendalikan biofouling.
Ukuran sel berbeda tergantung pada kerumitan struktur sel.
Bakteri sederhana dan cianobakteri jauh lebih kecil dibandingkan mold, ragi,
dan alga lainnya. Karena kecepatan metabolisme dan kecepatan pertumbuhan, sel
yang lebih kecil ini mampu bereproduksi jauh lebih cepat.
Semua mikro organisme membutuhkan air untuk tumbuh. Meski
hal ini bervariasi dalam istilah kebutuhan air absolut dan kemampuan untuk
bertahan pada musim kering, sebuah populasi mikroba yang aktif, hidup terus
menerus tidak akan ada tanpa adanya air.
Kebanyakan mikroba tumbuh pada sistem pendingin dalam bentuk
bundar dengan dinding sel yang kaku. Dinding sel memberikan organisme bentuk
karakternya dan kekuatan mekanik. Bagian dalam terdekat di dinding sel adalah
sebuah membran sel yang berfungsi sebagai penghalang permeabel dari sel.
Penghalang ini juga memungkinkan sel memekatkan bahan kimia yang diinginkan,
seperti nutrien, dan mengeluarkan atau mengekresi racun atau bahan kimia yang
tidak diinginkan seperti material sampah. Perbedaan konsentrasi hingga beberapa
pangkat dapat ditemukan di sepanjang membran.Semua sel harus mendapatkan energi
dan bahan kimia untuk membangun sel dari lingkungannya untuk bertahan dan
tumbuh. Kemampuan dari setiap tipe sel untuk memenuhi fungsi ini pada berbagai
lingkungan akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Pertumbuhan Mikrobiologi
Di antara building block esensial yang digunakan oleh sel
mikroba, dan yang diinginkan dalam jumlah banyak adalah karbon, nitrogen dan
fosfor. Mikroba berbeda dari metode yang mereka gunakan untuk memperoleh
karbon. Alga hijau, cianobakteri, dan bakteri tertentu dapat menggunakan karbon
dioksida sebagai sumber dan mengubahnya menjadi senyawa karbon pada sel.
Kebanyakan bekteri, ragi, dan mold membutuhkan senyawa karbon yang belum
terbentuk dan menggunakan molekul organik yang bervariasi mulai dari sederhana
hingga sangat kompleks.
Mikroba telah mengembangkan banyak cara untuk mengekstrak
energi dari lingkungannya. Alga dan organisme fotosisntetis lainnya menangkap
energi cahaya dari matahari. Senyawa kimia anorganik, seperti amonia, sulfur,
dan hidrogen, dapat dioksidasi oleh bakteri tertentu untuk menghasilkan energi.
Lebih umum, bakteri, ragi, dan mold membebaskan energi yang disimpan di dalam
senyawa organik, seperti gula, protein, lemak, minyak, asam organik, dan
alkohol.
Organisme aerob menggunakan oksigen untuk mengoksidasi dan
menghasilkan energi kimia. Anaerob tidak menggunakan oksigen, tetapi dapat
menggantinya dengan senyawa seperti sulfat atau nitrat. Pada proses penghasilan
energi pada bakteri anaerob, molekul pengoksidasi ini mengalami reduksi, membentuk
sulfida atau gas nitrogen. Ketika tidak tersedia pengokidasi, beberapa bakteri
anaerob masih bisa menghasilkan energi , meski jurang efisien, dengan cara
oksidasi berpasangan satu setengah dari molekul subtrat menjadi reduksi dari
setengah molekul lainnya.
Pada kondisi nutrien yang cukup, pertumbuhan dan reproduksi
dapat berlangsung. Bakteri dan cianobakteri berkembang biak dengan cara
pembelahan diri, sebuah proses dimana satu sel terbelah dan membentuk dua sel
yang identik. Ragi berkembang biak dengan cara pembentukan ragi baru, dengan
sebuah sel induk secara berulang membentuk sebuah anak sel yang identik tetapi
berukuran lebih kecil. Alga hijau dapat
memiliki beberapa pola pertumbuhan, tergantung dari spesies, mulai dari
perpanjangan tunas untuk menghasilkan beberapa sel dari sebuah sel selama
siklus pembelahan. Seiring dengan fitur sel lainnya, kerumitan dari proses
pertumbuhan akan meningkatkan ukuran sel. Pada kondisi optimal, beberapa
bakteri dapat memperbanyak jumlahnya setiap 20 – 30 menit, sedangkan mold
membutuhkan beberapa jam untuk memperbanyak jumlah mereka.
Mikro organisme juga sangat mudah beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Karakteristik ini berhubungan dengan ukuran dan
kerumitan. Bakteri dengan bentuk sederhana dengan kebutuhan pertumbuhan minimal
dan laju pertumbuhan cepat dapat membentuk banyak generasi sel dalam beberapa
hari. Sedikit perubahan yang acak di dalam karakteristik sel selama pembentukan
tersebut dapat menghasilkan sel baru yang lebih mampu bertahan di dalam perubahan
lingkungan
Biasanya, air pendingin tidak mengandung banyak nutrien,
sehingga mikroba harus mengembangkan permasalahan besar pada transportasi
energi dan meningkatkan konsentrasi nutrien di dalam sel. Proses ini dapat
menghabiskan sumber energi yang ada di dalam suplai yang singkat, akan tetapi
hal ini dibutuhkan agar mesin biokimia dapat berjalan pada kecepatan tinggi.
Karena ada kompetisi sengit untuk nutrien yang ada, spesies yang paling efisien
di dalam peningkatan konsentrasi dari
nutrien esensial akan memiliki kemungkinan pertumbuhan yang lebih cepat.
Penggunaan bahan kimia pada sistem pendingin mungkin, pada
suatu waktu memberikan sumber dari nutrien pembatas dan hal ini berkontribusi
terhadap pertumbuhan bakteri pada sistem. Perubahan pH mungkin akan merubah
keseimbangan sebuah populasi yang stabil menjadi tidak seimbang, kondisi yang
buruk. Meski bakteri dapat dikendalikan pada pH netral, sebuah perubahan
menjadi asam dapat menimbulkan dominasi dari mold atau ragi. Karen kebanyakan
alga tumbuh paling berlimpah pada pH basa, sebuah usaha untuk mengurangi asam
dengan menaikkan pH dapat menimbulkan pertumbuhan alga yang melimpah.
Perubahan musiman juga dapat mempengaruhi pola pertumbuhan
pada sistem air pendingin. komunitas alga alami di dalam suplai air bersih
bersifat sangat dinamis, dan spesies yang dominan dapat berubah dengan cepat
dengan perubahan temperatur, nutrien, dan jumlah sinar matahari. Cianobakteri
dapat menjadi koloni yang sering timbul di dalam sebuah sistem pendingin.
perubahan musiman ang akan meningkatkan jumlah mereka di dalam air makeup dapat
menimbulkan pertumbuhan alga yang melimpah di dalam sistem. Pada musim gugur,
seiring daun yang gugur akan meningkatkan kadar nutrien dan menurunkan pH,
populasi bakteri dapat meningkat ketika populasi alga berkurang.
BIOFILM
Mikrobiologi membedakan dua jenis populasi dari mirkoba.
Populasi free-floating (planktonic) yang ditemukan pada sebagian besar air dan
populasi yang menempel (sessile) pada permukaan. Jenis yang sama dari organisme
ini dapat ditemukan pada populasi lainnya, akan tetapi populasi sesil
bertanggung jawab terhadap terjadinya biofouling.
Banyak yang diketahui mengenai pembentukan biofilm pada
permukaan yang basah seperti tube dari alat penukar panas. Mikroba pada
permukaan yang tenggelam mensekresi polimer (secara dominan polisakarida tetapi
juga protein), yang menempel kuat bahkan pada permukaan yang bersih dan
mencegah sel tersapu oleh aliran normal air pendingin. senyawa polimer
ekstraselular ini dihidrasi di dalam kondisi alami, membentuk sebuah jaringan
seperti gel di sekitar mikroba sesil. Jaringan polimer ini berkontribusi
terhadap kesatuan dari biofilm dan berperan sebagai penghalang fisik yang
menghalagi material racun dan organisme pemangsa agar tidak mencapai sel hidup.
Polimer biofilm dapat juga mengonsumsi oksidator sebelum mereka mencapai dan
menghancurkan mikroba. Sehingga, pengendalian mikroba sesil membutuhkan dosis
beberapa kali lebih besar dari jumlah dosis yang dibutuhkan untuk mengendalikan
organisme planktonic.
Biofilm awalnya terbentuk secara perlahan, karena hanya
beberapa organisme yang dapat menempel, bertahan, tumbuh, dan berganda. Seiring
populasi meningkat secara eksponensial, kedalaman biofilm meningkat secara
cepat. Polimer biofilm bersifat lengket dan membantu dalam proses penempelan
dari sel baru untuk berkoloni pada permukaan seiring dengan akumulasi dair
kotoran tak hidup dari sebagian besar air. Beberapa kotoran dapat mengandung
berbagai endapan senyawa kimia anorganik, flok organik, dan massa sel yang
mati. Fouling muncul akibat proses akumulasi ini, seiring dengan pertumbuhan
dan replikasi sel yang telah ada dipermukaan dan pembentukan material polimer
tambahan oleh sel ini.
Ketika terjadi fouling, bahkan pembersihan secara mekanik
tidak menghilangkan semua biofilm. Permukaan yang sebelumnya mengalami fouling
lebih cepat mengalami kolonisasi di banding permukaan baru. Material sisa
biofilm mendukung kolonisasi dan mengurangi waktu tunggu sebelum munculnya
fouling kembali.
Biofilm pada permukaan alat penukar panas bersifat sebagai
penghalang perpindahan panas. Performa alat penukar panas mulai menurun segera
setelah ketebalan biofilm melebihi batas dari daerah aliran laminer. Mikroba
dan biopolimer yang terhidrasi mengandung air yang banyak, biofillm dapat
mengandung lebih dari 90% berat air. Akibatnya, biofilm memiliki konduktivitas
termal sangat dekat dengan konduktivitas air dan, pada sisi efisiensi alat
penukar panas, sebuah biofilm ekivalen dengan sebuah lapisan air stagnan di
sepanjang permukaan perpindahan panas.
Pada alat penukar panas shell & tube, hambatan
perpindahan panas paling rendah pada aliran turbulen dari sebagian besar air,
sedikit lebih besar di sepanjang dinding logam tube, dan paling besar di bagian
aliran air laminer. Seperti air, biofilm 25 – 600 kali lebih resistan terhadap
perpindahan panas secara konduktif dibandingkan logam apapun. Sebuah sedikit
peningkatan pada ketebalan yang tampak dari aliran laminer akibat pertumbuhan
biofilm memiliki dampak yang signifikan terhadap perpindahan panas.besar 80 mm.
Biofilm dapat mendukung korosi dari permukaan logam yang
mengalami fouling melalui berbagai Hal ini yang disebut sebagai microbially
influenced corrosion (MIC). Mikroba bertindak sebagai katalis biologi yang
mendukung mekanisme korosi konvensional.
Keberadaan pasif dari deposit biologi mencegah inhibitor
korosi untuk mencapai dan mempasivasi permukaan yang mengalami fouled.
Reaksi mikrobial dapat mempercepat reaksi korosi yang sedang
berlangsung.
Produk samping dari mikroba dapat bersifat agresif terhadap
logam.
Mikroba dapat berkontribusi pada korosi logam: (a) pitting
menempel di penampang melintang dari diding tube stainless steel, (b) serangan
umum yang beriringan dengan produk samping bersifat korosif dari pertumbuhan koloni
mikroba
Keberadaan fisik dari biofilm dan aktivitas biokimia di
dalam film merubah lingkungan dari permukaan yang mengalami fouling. Perbendaan
antara bagian yang mengalami kolonisasi dan tidak dapat mendukung serangan seperti korosi
galvanik. Mikroba mengonsumsi oksigen lebih cepat dibandingkan ia dapat
ditranfer dari larutan bulk, dan area di bawah biofilm menjadi anaerobik dan
anoda. Pasivasi ulang dari permukaan
yang mengalami kolonisasi juga terhambat. Beberapa mikroba mengurangi kadar
oksigen sehingga mengubah metabolisme bakteri menjadi fermantatif dan
menghasilkan senyawa asam organik yang banyak. Hal ini dapat menimbulkan
penurunan pH lokal.
Mikroba hadir secara alami di lingkungan dan membentuk
koloni pada sistem pendingin dengan kapitalisasi pada kondisi lingkungan yang
disenangi. Sistem pendingin merupakan lingkungan yang disenangi oleh mikroba
karena terdapat air, beroperasi pada temperatur dan pH yang sesuai, dan
menyediakan nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Penempelan mikroba pada
permukaan di dalam sebuah sistem yang tidak ditangani akan menghasilkan deposit
yang akan mengurangi efisiensi peralatan dan dapat sangat destruktif terhadap
peralatan pendingin.
PILIHAN UNTUK PROGRAM PENGENDALIAN LENDIR
Karena kecepatan pertumbuhan mikroba di dalam sistem air
pendingin, monitoring yang sering dari sistem ini merupakan hal penting untuk
identifikasi dari permasalahan yang terjadi. Monitoring yang tepat dari data
operasi dapat mengindentifikasi tren, dan inspeksi sistem secara periodik menunjukkan
apakah terjadi fouling atau tidak. Kupon tes dan alat penukar panas penguji
dapat digunakan di dalam sistem operasi untuk memfasilitasi monitoring tanpa
mengganggu sistem operasi.
Deposit dikumpulkan dari sistem pendingin dapat dianalisa di
dalam laboratorium untuk menentukan komposisi bahan kimianya dan biologinya.
Jika deposit mengandung mikroba yang tinggi, ini merupakan agen penyebab yang
harus diidentifikasi untuk penanganan. Laboratorium dapat mengidentifikasi agen
seperti alga, bakteri, atau jamur baik secara mikroskopis atau dengan isolasi
dan identifikasi kultural.
Perhitungan jumlah mikroba juga dapat dilakukan untuk
menentukan apakah populasi di dalam sistem stabil, meningkat, atau berkurang.
Biasanya, populasi planktonic dimonitor dengan cara metode standar dari teknik
plate count. Akan tetapi, tidak semua organisme di dalam proses fouling dapat
dideteksi oleh metode ini. Bakteri anaerob seperti bakteri pereduksi sulfat
yang dapat menyebabkan korosi di bawah deposit, tidak dapat dilihat dengan
prosedur kultural anaerob. Teknik khusus harus digunakan untuk menjamin deteksi
dari organisme ini.
Hanya mengandalkan pada perhitungan pada air bulk tidak
memberikan informasi yang cukup terhadap fouling pada permukaan lebih lanjut.
Hasil harus diintepretasikan sesuai dengan kondisi operasi pada saat
pengambilan sampel. Sebagai contoh, di dalam sebuah sistem yang tidak
ditangani, sebuah populasi biofilm yang sehat dan stabil dapat muncul ketika
perhitungan dari air bulk rendah, karena beberapa organisme sesil dapat
dilepaskan dari permuakaan yang mengalami fouling. Jika sebuah anti-mikroba
digunakan, perhitungan dari air bulk dapat meningkat secara drastis.
Untuk diagnosa yang lebih baik, dibutuhkan untuk menggunakan
teknik monitoring mikroba yang memungkinkan pengujian secara langsung pada
kondisi permukaan. Dimungkinkan untuk membersihkan sebuah area permukaan yang
diketahui dan organisme tersuspensi dihilangkan dengan air steril yang
diketahui volumenya. Setelah air ini ditempelkan, perhitungan ulang memberikan
perkiraan dari jumlah organisme pada permukaan aslinya.
Teknik lainnya meliputi pemantauan aktivitas biokimia pada
permukaan yang diketahui luasnya. Spesimen yang mengalami biofouling diinkubasi
dengan subtrat yang sesuai. Konsentrasi dari produk reaksi ditemukan setelah
sebuah waktu kontak berhubungan dengan jumlah dan kesehatan organisme di
permukaan sehingga dapat digunakan sebagai sebuah pengukuran dari biofouling.
Terlepas dari jenis target populasi atau teknik monitoring
yang digunakan, sebuah titik data yang diisolasi memiliki sedikit arti.
Berbagai data harus digabungkan untuk memperoleh sebuah profil dari tren
mikroba di dalam sistem. Catatan ini harus mencakup pengamatan pada performa
peralatan dan kondisi operasi pada waktu pengambilan sampel, sehingga
memberikan konteks yang penuh arti untuk intepretasi dari data baru.
Setelah ditentukan penanganan yang diperlukan untuk
memecahkan masalah fouling, sebuah produk yang efektif harus dipilih. Pemilihan
awal dapat dibuat jika agen mikroba penyebab masalah diketahui, karena spektrum
aktivitas dari semua anti-mikroba tidak sama. Beberapa efektif mengendalikan
alga tetapi tidak bakteri. Sebagian lain, bersifat sebaliknya. Untuk beberapa,
spektrum aktivitas, ditentukan dengan inhibisi dari radiolabeled nutrien
uptake, cukup luas, meliputi semua mikroba yang umumnya ditemui air pendingin
*Nilia I50 merupakan konsentrasi yang menghambat 50%
pertumbuhan organisme dan diukur dengan cara tuse dari sebuah 14C-labeled
nutrient.
Pengetahuan mengenai bagaimana anti-mikroba yang berbeda
mempengaruhi mikroba juga merupakan hal yang berguna untuk pemilihan penanganan
yang tepat. Beberapa membunuh mikroba dengan kontak. Lainnya menghambat
pertumbuhan organisme tetapi tidak perlu membunuh mereka. Biostas ini dapat
menjadi efektif jika konsentrasi yang sesuai dijaga di dalam sebuah sistem
hingga waktu yang cukup.
Evaluasi laboratorium dari keefektifan relatif dari
anti-mikroba harus dilakukan. Hal ini membantu untuk mengidentifikasi tipe yang
bekerja dengan baik terhadap mikroba penyebab fouling di dalam sistem dan
mengeliminasi anti-mikroba yang memiliki kemungkinan terkecil untuk sukses.
Karena tujuan dari penggunaan anti-mikroba adalah untuk mengendalikan atau
menghilangkan organisme biofouling, sangat menguntungkan untuk melakukan
evaluasi dengan organisme sesil yang ditemui di dalam deposit, sama juga dengan
organisme planktonic di dalam aliran air.
Tujuan dari program penanganan apapun harus diekspos
terhadap populasi mikroba yang menempel dengan jumlah dosis anti-mikroba yang
cukup untuk menembus dan mengganggu biofilm. Umumnya, pembersihan sistem yang
mengalami fouling membutuhkan konsentrasi yang lebih besar dari pengumpan
penanganan secara interminiten, sedangkan pemeliharaan dair sistem yang bersih
dapat dicapai dengan pengumpanan dengan kadar rendah secara kontiniu atau
semikontiniu.
Hasil pengujian anti-mikroba paling relevan ketika
didasarkan pada waktu kontak yang diperoleh dari sistem yang harus ditangani.
Karena sistem pendingin sekali lewat tipikal memiliki waktu kontak yang pendek,
sangat sulit untuk menyimulasikan sistem ini di laboratorium. Semakin panjang
waktu kontak yang ada pads sistem resirkulasi lebih mudah diduplikasi di dalam
laboratorium.
Pada sistem aliran sekali lewat, anti-mikroba harus
diumpankan secara kontiniu untuk mencapai waktu kontak yang dibutuhkan.
Seringnya, hanya kadar rendah dari anti-mikroba dapat didapat pada sebauh
sistem dengan basis pengumpanan kontiniu. Penanganan sistem semikontiniu dapat
lebih ekonomis atau mungkin diperlukan kareana batasan kualitas efluen. Seperti
sebuah program intermiten untuk sistem aliran sekali lewat masih harus
dirancang untuk mencapai konsentrasi anti-mikroba yang efektif di dalam sistem,
menggunakan periode penanganan yang berkisar mulai dari menit hingga jam
perhari.
Sistem resirkulasi dapat juga ditangani dengan sistem
pengumapanan kontiniu atau interminten, meski sistem pengumpanan intermiten
lebih umum. Tujuan dari sistem intermiten pada sistem pendingin ini adalah
untuk menghasilkan konsentrasi anti-mikroba yang tinggi yang akan menembus dan
mengganggu biofilm dan dissipasi yang terjadi. Ketika kadar penanganan turun di
bawah kadar toksik, pertumbuhan mikroba mulai terjadi kembali. Setelah periode
multiaplikasi, pertumbuhan baru dihilangkan dengan dosis kejutan.
Waktu dimana sebuah konsentrasi anti-mikroba turun di bawah konsentrasi yang diharapkan di dalam sistem resirkulasi dapat dihitung secara matematis. Beberapa informasi dapat sangat berguna di dalam merencanakan jadwal untuk pengendalian lendir yang efektif dan ekonomis. Konsentrasi minimum yang diinginkan harus diperkirakan dari evaluasi toxicant. Penurunan anti-mikroba secara teoritis dari sebuah sistem dapat dihitung dengan persamaan berikut:
BD x t x log(Cf) = Log(Ci) – 2,303V
Dimana:
BD = jumlah air yang hilang akibat blowdown dan tiupan angin
(gpm)
t = waktu (menit)
Cf = konsentrasi akhir dari anti-mikroba (ppm)
Ci = konsentrasi awal dari anti-mikroba (ppm)
V = kapasitas sistem (gal)
Praktik standar untuk mengulangi dosis kejutan ketika Cf =
25% Ci. Pada basis ini, interval waktu untuk penambahan antimikroba dapat
dihitung sebagai berikut:
t = (1.385 x V)/BD
Dari persamaan ini, t akan mengindikasikan seberapa sering
pengumpanan intermiten harus dilakukan di dalam sistem, akan tetapi perhitungan
ini hanya valid untuk penurunan konsentrasi 75% atau dua setengah waktu
tinggal.
Persamaan tersebut tidak valid untuk senyawa berikut:
Senyawa yang mudah menguap dan dapat hilang selama saat
melewati tower pendingin
Senyawa yang bereaksi dengan senyawa lain di dalam air
Senyawa yang terdegradasi di dalam air
Dalam merencanakan program pengendalian lendir, kebutuhan
kimia apapun dari air proses sebagai anti-mikroba yang digunakan harus
dipertimbangkan juga. Kegagalan terhadap kebutuhan kimia dapat mencegah
pencapaian dari kadar minimum dan dapat menimbulkan kegagalan dari program
penanganan. Kompatibilitas dari anti-mikroba dengan penanganan lainnya dari air
pendingin harus juga dipertimbangkan.
Banyak varibel sistem memengaruhi kebiasaan mikroba di dalam
sistem, dan efek dari anti-mikroba dapat juga dipengaruhi oleh variabel ini.
Oleh karena itu, pertimbangan yang hati-hati harus dilakukan untuk menentukan
apakah, kapan, dimana harus menangani sistem air pendingin.
Biaya merupakan kriteria utama dalam memilih program
pengendalian lendir. Hal ini tidak dapat ditentukan tanpa pengetahuan atau
perkiraan dari biaya individual dari bahan kimia, peralatan pengumpanan, dan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukannya dan memonitor program, seiring
dengan persyaratan pengolahan efluen. kemungkinan berbagai efek dari penggunaan
program harus dipertimbangkan terhadap hal yang mungkin terjadi jika tidak ada
penanganan yang digunakan. Pengetahuan dari komponen biaya dapat membantu dalam
panduan dari penggunaan program. Sebagai contoh, jika biaya tenaga kerja
terlalu mahal, lebih ekonomis untuk mengumpankan anti-mikroba lebih sering dan
mengurangi jumlah monitoring yang diperlukan. Setiap sistem harus
dipertimbangkan secara individu, pengaturan musiman mungkin juga diperlukan.
KARAKTERISTIK DARI BAHAN KIMIA NON-OKSIDATOR YANG
DIGUNAKAN PADA SISTEM PENDINGIN
Penggunaan anti-mikroba sebagai pengendali mikroba secara
luas dapat dibagi menjadi dua kelompol: okidator dan non-oksidator. Hanya ada
sedikit perbedaan antara oksidator dan non-oksidator, karean beberapa
non-okidator memiliki sifat okidator yang lemah hingga menengah. Perbedaan
paling signifikan antara kelompok ini berhubungan dengan cara kerjanya.
Anti-mikroba non-oksidator bekerja dengan cara reaksi antara komponen sel
tertentu atau proses reaksi di dalam sel.
Pengetahuan mengenai sifat kimia dan cara reaksi dari
anti-mikroba diperlukan untuk menjamin penggunaan yang tepat dan batasan dari
anti-mikroba.
Dua karakter mekanisme menunjukkan banyak anti-mikroba
non-oksidator digunakan pada sistem pendingin untuk pengendalian biofouling.
Salah satunya mikroba dihambat atau dibunuh sebagai akibat dari kerusakan pada
membran sel. Yang lainnya, kematian mikroba disebabkan karena kerusakan
peralatan biokimia yang berhubungan dalam produksi dan penggunaan energi.
Senyawa amonium kuarterneri (quats) merupakan senyawa yang
antif terhadap permukaan kationik. Senyawa ini merusak membran sel bakteri,
jamur, dan alga. Akibatnya, senyawa yang bisanya dicegah memasuki sel mampu
menembus penghalang permeable ini. Beriringan dengan itu, nutrien dan komponen
penting intraseluler yang terkonsentrasi di dalam sel akan bocor. Pertumbuhan
akan terhambat dan sel mati. Pada konsentrasi yang rendah, quats merupakan
biostatis karena banyak organisme mampu bertahan pada saat berada pada kondisi
rusak yang kadang-kadang terjadi.
Banyak anti-mikroba mengganggu proses metabolisme energi.
Karena semua aktivitas mikroba sangat bergantung melalui perpindahan energi,
hal ini dapat dipahami bahwa gangguan terhadap reaksi yang menghasilkan energi
yang tinggi dan reaksi penangkapan energi akan memiliki konsekuensi yang serius
terhadap sel. Anti-mikroba yang dikenal sebagai penghambat metabolisme energi
adalah sebagai berikut.
·
Organotin
·
Bis(trikloro metil) sulfonat
·
Metilen bis(tiosianat) (MBT)
·
Bera-bromo-beta-nitro stirena (BNS)
·
Garam dodekil guanidin
·
Bromo nitro propanadiol (BNPD)
Semua senyawa ini efektif ketika digunakan dalam konsentrasi
yang cukup. Garam dodekil guanidin juga memiliki sifat surfaktan, yang mungkin
berkontribusi terhadap keefektifannya.
Sisi sebenarnya atau reaksi yang dipengaruhi oleh inhibitor
metabolisme jarang diketahui, meski uji coba di laboratorium mungkin memberikan
petunjuk atau bukti tak langsung terhadap mekanisme spesifik. Tembaga dan logam
berat lainnya pada konsentrasi yang cukup menyebabkan protein kehilangan
karakteristik dari struktur tiga dimensinya, yang dibutuhkan agar berfungsi
normal.
Bromo nitro propanadiol (BNPD), sebuah agen pengontrol biofouling
yang lebih baru, dapat berperan sebagai katalis dari pembentukan ikatan
disulfida (R-S-S-R) antara gugus sulfohidril (R-SH). Protein mengandung
sulfohidril dan karena enzim merupakan protein yang besar, mungkin untuk
menganggap bahwa pembentukan ikatan disulfida antara gugus -SH yang berdekatan
dapat menghambat aktivitas enzim. Banyak tipe enzim mengandung gugus
sulfohidril, sehingga anti-mikroba ini mungkin mempengaruhi berbagi aktivitas
mikroba untuk menghasilkan energi.
Jenis aksi dari salah satu non-oksidator yang umum tidak
dapat dikategorikan apakah termasuk memiliki permukaan aktif atau inhibitor
metabolik. Senyawa yang aktif, dibromo
nitril propionamida (DBNPA), sepertinya bertindak seperti anti-mikroba
oksidator, bereaksi sangat cepat dengan sel bakteri. Penelitian mengenai
interaksi dari radiocactively labeled
(14C) DBNPA dengan bakteri menunjukkan bahwa label 14C tidak pernah
menembus sel, seperti yang hal yang berhubungan dengan metabolisme energi.
Malahan, senyawa ini terikat kuat dan cepat dengan dinding sel bakteri.
Beberapa anti-mikroba digunakan pada sistem pendingin
merupakan senyawa yang secara spontan terurai di dalam air, oleh karena itu
akan mengurangi potensi merusak lingkungan. Penguraian kimia ini sering
diiringi dengan penurunan toksisitas dari senyawa. Senyawa tersebut dapat
ditambahkan pada sistem air pendingin, menyelesaikan tugasnya untuk membunuh
bakteri di dalam sistem, kemudian terurai hingga menjadi senyawa yang tidak
beracun. Di antara anti-mikroba yang memiliki karakteristik ini yaitu BNS, MBT,
DBNPA, dan BNPD.
KEAKURATAN BAHAN KIMIA NON-OKSIDATOR
Dinamika populasi mikroba di dalam sistem air pendingin
cukup rumit. Pada situasi dimana salah satu kelompok atau spesies menjadi
dominan, permasalahan fouling dapat terjadi. Pada kondisi lainnya, campuran
populasi yang seimbang dapat hadir ketika tidak terlihat fouling. Salah satu
penjelasan dari hal ini adalah ketika terdapat populasi yang seimbang, mereka
berkompetisi dengan yang lainnya untuk nutrien yang tersedia dan mengendalikan
pertumbuhan mereka. Ketika salah satu grup sukses menggantikan grup lainnya,
mereka akan tumbuh tanpa kompetisi.
Karena pertimbangan ini, beberapa anti-mikroba yang tepat
diformulasikan untuk lebih dari satu senyawa aktif. Pencampuran beberapa bahan
aktif yang tepat dapat mengompensasi batasan di dalam rentang kerja untuk
membunuh bakteri. Sebagai contoh, jika anti-mikroba A efektif untuk mengatasi
bakteri tetapi kurang bagus terhadap jamur, sejumlah besar A mungkin digunakan
untuk mengendalikan potensi masalah dari jamur. Akan tetapi, jika anti-mikroba
B cukup bagus untuk menangani bakteri dan cocok untuk mengatasi jamur, sebuah
kombinasi dari anti-mikroba A dan B dapat memperluas rentang kerja untuk
mengendalikan permasalahan dan lebih baik daripada penggunaan anti-mikroba A
saja dengan konsentrasi yang tinggi.
Tanpa ada peningkatan dari konsentrasi anti-mikroba yang
digunakan, kekuatan dari sebuah campuran dapat melebihi kemampuan yang
diharapkan dari efek penggunaan satu jenis anti-mikroba. Hal ini sangat
meningkatkan performa dari sinergi yang didapatkan dari hanya penggunaan
kombinasi tertentu dari senyawa anti-mikroba. Sinergisasi memungkinkan
pengendalian mikroba pada konsentrasi yang lebih rendah dari anti-mikroba A dan
B dibandingkan konsentrasi jika hanya menggunakan A atau B saja.
Rentang kontrol dapat juga diperluas degan pengumpanan
berurutan dari anti-mikroba pada sistem: pergantian pengumpanan dari dua
senyawa aktif dapat memiliki hasil yang sama seperti pengumpanan dari campuran
senyawa aktif secara simulltan.
Variasi lainnya yang harus dipertimbangkan adalah
kemungkinan dari proliferasi dari mikroba resistan di dalam sistem. Bentuk
resisten dapat meningkat secara spontan oleh mutasi di dalam sistem pendingin
tetapi lebih jarang terjadi dari luar sistem. Fungsi sederhana dari
anti-mikroba untuk mengurangi kompetisi oleh bentuk non-resistan dan
memungkinkan petumbuhan yang tidak teramati dari organisme resistan yang baru
masuk.Perkembangan dari sebuah program anti-mikroba dibantu degan sebuah
pemahaman dari tipe dari aksi sebuah produk, sistem yang harus ditangani, dan
efek lingkungan. Semua faktor ini memiliki peranan di dalam pemilihan sebuah
program pengendalian mikrobiologi yang ekonomis dan aman bagi lingkungan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!