KOROSI SISTEM KONDENSAT

KOROSI SISTEM KONDENSAT

Permasalahan yang disebabkan oleh korosi besi dan tembaga pada sistem kondensat tidak terbatas pada pipa dan kerusakan alat atau kehilangan air berkualitas tinggi dan energi panas ketika kondensat hilang. Jika dikembalikan menuju boiler, produk korosi dan bahan kimia yang dihasilkan proses korosi bocor dan berkontribusi terhadap pembentukan deposit di boiler, carry over boiler, dan deposit pada peralatan yang digerakan oleh steam. Kehadiran senyawa ini mengurangi keandalan sistem dan  meningkatkan biaya operasi dan perawatan.

Korosi  Besi

Besi terkorosi di dalam air bahkan tanpa adanya oksigen. Sebuah permukaan besi oksida bersifat seperti car baterai, dengan permukaan terbagi menjadi mikroskopis anoda (+) dan katoda (-). Pada sistem kondensat, berperan sebagai sebuah anoda sehingga ia teroksidasi (memberikan elektron ke katoda). Katoda di dalam air murni merupakan sebuah proton atau ion hidrogen (H+). Ketika logam besi teroksidasi, elektron dilewatkan dari permukaan besi menuju ion hidrogen seperti contoh reaksi yang ada di bawah ini.

Fe    →     Fe2+             +           2e

besi      ion ferrous               elektron

Kondisi dari ion ferrous (Fe2+) tergantung pada temperatur kondensat, pH, dan kondisi aliran. Pada temperatur yang rendah, Fe2+ bereaksi dengan air membentuk ferrous hidroksida yang tidak larut, Fe(OH)2. Jika laju alir kondensat cukup tinggi, koloid Fe(OH)2 tersapu menuju air dibawa menuju deposit di tempat lain. Pada area sistem kondensat dengan kecepatan aliran rendah, Fe(OH)2 mengendap di dekat daerah oksidasi, membentuk lapiran oksida berpori.

Pada temperatur di atas 120oF deposit Fe(OH)2 bereaksi lebih lanjut membentuk kristal magnetit  (Fe3O4) yang terikat dipermukaan.

Fe(OH)2       →           Fe3O4      +          2H2O       +        H2

Ferrous hidroksid   magnetit                  air                   gas hidrogen

Bahkan pada temperatur yang lebih tinggi (di atas 300oF), Fe2+ secara spontan membentuk magnetit tanpa diawali pembentukan Fe(OH)2. Magnetit ini membentuk lapisan yang tidak berpori dan terikat kuat dipermukaan logam.

Fe2+       +                             4H2O        →               Fe3O4       +             4H2

Ferrous hidroksida            magnetit                           air                     gas hidrogen

Di kebanyakkan sistem kondensat, terdapat dua hingga tiga bentuk dari besi oksida, sebuah lapisan magnetit yang menempel kuat terbentuk, yang mengindikasikan permukaan besi yang terpasivasi dengan baik. Tanpa adanya kontaminan, permukaan oksida ini secara hebat memperlambat reaksi oksidasi selanjutnya.

Korosi Besi oleh Oksigen

Ketika terdapat oksigen, reaksi korosi besi yang dijelaskan sebelumnya berubah. Oksigen terlarut menggantikan ion hidrogen pada reaksi reduksi. Contoh Reaksinya sebagai berikut.

Oksidasi:

Fe          →         Fe2+                +           2e       

besi              ion ferrous                   elektron

Reduksi:

O2        +             4H+          +         4e           →          2H2O

oksigen       Ion hidrogen          elektron                     air

Reaksi terjadi lebih mudah dibandingkan reaksi langsung antara besi dan proton. Oleh karena itu laju korosi lebih cepat terjadi dengan adanya oksigen.

Dua tipe korosi yang dapat terjadi denga adanya oksigen. Pertama yaitu korosi merata pada permukaan logam, menyebabkan penipisan pada seluruh permukaan logam. Kedua yaitu korosi lubang (pitting) oleh oksigen menyebabkan kehilangan permukaan secara cepat pada titik tertentu (lokal)  menyebabkan kerusakan parah pada waktu yang singkat.

Oxygen pitting dimulai pada titik lemah di lapisan film besi oksida atau di tempat di mana lapisan film oksida mengalami kerusakan. Korosi ini tidak menjalar di sepanjang permukaan logam melainkan menembus menuju suatu titik permukaan, secara efektif melubangi logam.

Sumuran/lubang hanya aktif ketika ada oksigen. Terdapat perbedaan yang jelas antara pit yang aktif dan tidak aktif. Pitting oksigen yang aktif mengandung oksida hitam yang tereduksi di sepanjang permukaan cekung, sementara daerah disekitar atas pit ditutupi oleh ferric oksida yang berwarna merah. Jika pit mengadung besi oksida berwarna merah maka pit tersebut sudah tidak aktif.

Sumber Oksigen

Oksigen biasanya memasuki kondensat melalui penyerapan langsung dari udara. Oksigen juga dapat masuk secara cepat memalui steam ketika air umpan mengandung air. Dengan deaerasi mekanikal yang efektif dan bahan kimia oxygen scavengin, semua oksigen hingga kadar sangat kecil disingkirkan dari air umpan boiler sehingga sumber ini tidak siginifikan di kebanyakan sistem.

Pada sistem yang didesain dengan baik, kontak udara dengan kondensat diminimalkan untuk mencegah penyerapan oksigen. Tangki penerima kondensat dapat di desain dengan penutup untuk mengurangi kontak udara dan sebuah koil pemanas steam di dalam tangki untuk meningkatkan temperatur kondensat sehingga mengurangi kelarutan oksigen.

Pada kondisi tertentu, kontaminasi oksigen terhadap kondensat tidak dapat dihindari. Sebagai contoh, kondensat dari steam pemanas peralatan yang hanya digunakan sesekali tidak dapat disimpan. Oksigen yang terlarut di kondensat menyerang sistem di antara titik kondensasi dan deaereating heater. Kondensat yang terkontaminasi ini dapat mengembalikan produk korosi dalam jumlah yang banyak menuju boiler.

Pada kebanyakan kasus, deaerasi air umpan yang tepat dan penyingkiran udara yang masuk menuju kondensat mengurangi korosi oksigen secara signifikan.

Korosi Tembaga

Meski tembaga mirip dengan sifat kimia besi, bentuk lapisan oksida yang dihasilkan sangat berbeda. Baik tembaga maupun besi teroksidasi di dalam kondisi adanya ion hidrogen dan dapat mengalami pitting oxygen.

Besi membentuk lapisan oksida yang rapat. Lapisan oksida yang dibentuk tembaga dan paduanya bersifat berongga dan mudah tembus sehingga air, oksigen, dan ion tembaga dapat berpindah menuju dan dari permukaan logam.

Laju perpindahan dikendalikan oleh ketebalan film tembaga oksida. Seiring lapisan oksida bertambah tebal, laju oksidasi tembaga berkurang dan lapisan luar mulai mengelupas sebagai partikel besi oksida. Lapisan besi oksida lebih banyak dihasilkan merupakan sistem yang lebih dinamis dibandingkan besi.

Pengaruh pH terhadap Korosi Besi dan Tembaga

Kestabilan lapisan pasivasi besi atau tembaga oksida sangat bergantung terhadap pH kondensat. Kontaminan di dalam sistem kondensat yang menyebabkan penurunan pH mengakibatkan perlarutan lapisan oksida dan meningkatkan korosi.

Karbon dioksida merupakan penyebab utama dari penurunan pH kondensat. Karbon dioksida masuk menuju sistem dengan kebocoran udara menuju kondenser atau dari dekomposisi alkalinitas air umpan boiler. Meski sebagian alkalinitas air umpan boiler dihilangkan oleh dearating heater yang beroperasi secara tepat, kebanyakan diubah menjadi CO2 di dalam boiler dan dilepaskan menuju steam.

Reaksi pertama berjalan menuju sempurna ketika reaksi kedua (kira-kira) 80% dicapai. Hasil bersih yang dihasilkan merupakan 0,79 ppm dari karbon dioksida untuk setiap ppm natrium bikarbonat sebagai CaCO3 dan 0,35 ppm dari karbon dioksida untuk setiap ppm dari natrium karbonat sebagai CaCO3.

Seiring steam mengalami kondensasi, karbon dioksida larut di dalam air dan menurunkan pH. Contoh  peningkatan konsentrasi ion hidrogen seperti urutan reaksi di bawah ini.

CO2       +                     H2O      →     H2CO3

karbon dioksida           air                Asam karbonat

Asam karbonat meningkatkan reaksi korosi besi dengan menyuplai sebuah reaktan, H+. reaksi keseluruhan adalah contohnya  sebagai berikut.

H+            +         2HCO3–            +         Fe               →           Fe(HCO3)2          +             H2

ion hidrogen     Ion bikarbonat             besi                        ferrous bikabonat                 gas hidrogen

pH yang rendah menyebabkan kehilangan yang secara menyeluruh pada logam bukan pitting lokal yang disebabkan oleh korosi oksigen. Ketebalan pipa akan berkurang, terutama pada bagian dasar pipa. Penipisan ini sering menimbulkan kerusakan, terutama pada bagian yang berulir.

Untuk mengurangi korosi sistem kondensat akibat pH yang rendah, diperlukan penurunan konsentrasi kontaminan asam di dalam kondensat. Alkalinitas air umpan dapat menguranginya dengan berbagai metode penanganan ekternal. Alkanilitas air umpan yang rendah berarti lebih sedikit karbon dioksida di dalam steam dan kondensat. Pelepasan pada titik tertentu dari kondensasi juga efektif dalam menghilangkan karbondioksida.

EFEK DARI KONTAMINAN LAINNYA

Kotaminan lainnya di dalam sistem kondensat dapat mempengaruhi laju korosi dari besi dan tembaga bahkan ketika pH sudah dikontrol dengan baik. Melalui pembentukan senyawa kompleks dan melarutkan oksida besi dan tembaga, kontaminan seperti klorida, sulfida, asetat, dan amonia (untuk tembaga) dapat melarutkan sebagian dari lapisan oksida.

Amonia merupakan kontaminan paling umum dan biasanya muncul pada konsentrasi yang rendah. Kontaminasi amonia bisanya disebabkan oleh pemecahan kontaminan organik yang memiliki unsur nitrogen, seperti hidrazin, atau penggunaan amina. Terkadang, amina di umpankan untuk mengatur pH kondensat. Pada sistem ini, laju pengumpanan amonia harus dikontrol dengan hati-hati untuk meminimalkan resiko serangan terhadap bearing yang terbuat dari paduan logam tembaga.

PENANGANAN SECARA KIMIA PADA SISTEM KONDENSAT

Sistem kondensat dapat ditangani secara kimia untuk mengurangi korosi pada logam. Penanganan kimia meliputi penetralan oleh amina (neutralizer amines), lapisan amin (filming amines), dan oxygen scavenger-metal pasivator.

Neutralizing Amines

Neutralizer amines digunakan untuk menetralkan senyawa asam (H+) yang dihasilkan akibat larutnya karbondioksida atau kontaminasi oleh senyawa asam di sistem kondensat. Amina ini terhidrolisis ketika ditambahkan di dalam air dan menghasilkan ion hidroksida yang dibutuhkan untuk proses penetralan.

R-NH2        +                      H2O         →         R-NH3+           +          OH–

neutralizing amines         air                          ion amina                 ion hidroksida

Banyak amina yang digunakan sebagai penetral senyawa asam di kondensat dan peningkat pH. Kemampuan semua amina untuk melindungi sebuah sistem secara efektif tergantung pada kapasitas penetral, rasion recycle, dan rasio recovery, kebasaan, rasio distribusi, dan kestabilan termal dari amina tertentu.

Kapasitas Penetral. Kapasitas penetralan merupakan konsentrasi asam yang dapat dinetralkan oleh amina pada konsentrasi tertentu. Kapasitas penetralan amina berbanding terbalik dengan berat molekul (amina dengan berat molekul yang lebih kecil memiliki kapasitas penetralan yang lebih besar) dan sebanding dengan jumlah gugus fungsi amina yang dimiliki. Kemampuan penetralan merupakan hal penting di dalam menangani sistem dengan air umpan yang memiliki alkalinitas yang tinggi. Tabel 19.1 memberikan ukuran kapasitas penetralan dari senyawa amina yang umumnya digunakan. Kemampuan penetralan bukan hanya ukuran dari kebutuhan akan bahan kimia.

Rasio Recycle dan Rasio Recovery. Dalam menentukan laju pengumpanan, rasio recycle dan recovery merupakan faktor yang penting. Pada Gambar 19.5 faktor recycle merupakan konsentrasi amina pada titik x dibagi dengan laju pengumpanan amina di titik z. Karena beberapa amina dikembalikan dengan dengan kondensat, total amina di dalam sistem lebih besar dari jumlah yang diumpankan. Rasio recovery merupakan ukuran dari jumlah amina yang dikembalikan dengan kondensat.

Kebasaan (basicity). Kemampuan amina untuk meningkatkan pH setelah menentralkan semua senyawa asam disebut sebagai kebasaan. Di dalam istilah kimia, kebasaan merupakan ukuran dari kemampuan sebuah amina untuk terhidrolisis di dalam air murni. Konstanta disosiasi (Kb) merupakan ukuran umum dari kebasaan.

Seiring peningkatan nilai Kb, semakin banyak OH– yang terbentuk (setelah semua asam dinetralkan) dan pH meningkat.

Pada sistem kondensat, distribusi amina di antara steam dan fasa cair merupakan peningkatan terhadap kebasaan atau kapasitas penetralan. Ketika steam mengalami kondensasi, kontaminasi asam dapat tertinggal di dalam steam atau fasa cair. Beberapa kontaminan seperti karbon dioksida, kebanyakan tertinggal di fasa steam sedangkan yang lain seperti asama klorida sebagian besar menuju fasa cair.

Neutralizer amines harus dipilih berdasarkan karakteristik distribusinya untuk menetralkan kontaminasi asam. Pilihan ini harus disesuaikan dengan sistem kondensat dan kontaminasi proses.

Sebagai contoh, morpholine merupakan sebuah amina yang terdistribusi utama di fasa liquid. Jika amina diumpankan pada steam yang kaya akan CO2 dengan tiga tempat kondensasi yang berurutan, amina ini akan pergi menuju fasa cairan pada tempat kondensasi pertama sedangkan sebagian besar karbon dioksida masih berada di fasa steam. Dengan konsenstrasi morpholine yang tinggi, fasa cairan memiliki pH yang tinggi. Pada tempat kondensasi selajutnya, konsentrasi morpholine berkurang menjadi rendah sehingga kondensat memiliki pH yang lebih rendah. Pada tempat kondensasi terakhir, dimana steam yang masih tersisa mengalami kondensasi, sebagian morpholine masih ada namun, sebagian besar CO2 masih ada. Konsentrasi CO2 yang tinggi akan menurunkan pH, menimbulkan serangan asam pada lapisan oksida logam.

Sebuah amina yang lebih mudah terdistribusi di fasa steam, seperti sikloheksil amina, merupakan pilihan yang lebih baik untuk sistem ini. Akan tetapi, amina dengan kecenderungan untuk terdistribusi menuju steam tidak selalu merupakan pilihan terbaik.

Sebagai contoh, jika sikloheksil amina digunakan di sebuah sistem kondensat kedua dengan dua tempat kondensasi yang berurutan dengan kontaminan asam asetat, kebanyakan asam asetat terdistribusi di fasa liquid pada tempat kondensasi pertama, sedangkan sikloheksil amin tertinggal di fasa steam. Hal ini akan menurunkan pH fasa liquid di tempat kondensasi pertama. Pada tempat kondensasi kedua, dimana proses kondensasi total terjadi, pH menjadi tinggi. Campuran morpholine dan sikloheksil amina merupakan pilihan yang lebih tepat untuk sistem ini.

Pada praktiknya, proteksi terbaik dihasilkan dengan campuran produk yang mengandung berbagai amina dengan kecenderungan distribusi di dalam steam/cairan yang berbeda.

Untuk membandingkan kecenderungan ditribusi amina di dalam steam/cairan, rasio distribusi (DR) secara tradisional digunakan. Distribusi sebuah amina adalah:

Amina dengan DR yang lebih besar dari satu menghasilkan konsentrasi amina yang lebih besar di fasa uap dibandingkan fasa cair begitu juga sebaliknya.

Rasio distribusi tidak benar benar konstan melainkan fungsi dari tekanan (Gambar 19.6) dan pH. Efek temperatur dan pH dari kondensasi harus dipertimbangkan. Pada sistem kondensasi yang kompleks, distribusi dari bahan kimia di antara tempat kondensasi yang berbeda sulit untuk diperkirakan tanpa menggunakan paket pemodelan komputer khususnya didesain untuk tujuan ini.

Kestabilan Termal. Semua bahan kimia organik yang terpapar pada temperatur panas, basa, lingkuangan cair terkadang terpecah menjadi beberapa bagian. Kebanyakan amina terkadang terdegradasi menjadi karbon dioksida dan/atau asam asetat dan amonia. Waktu yang dibutuhkan berbeda tergantung dengan jenis amina. Amina paling stabil yang umunya digunakan adalah morpholine dan sikloheksil amina. Senyawa ini stabil hingga tekanan 2500 psig.

Kuantitas. Jumlah dari amina yang dibutuhkan tergantung dari kadar karbon dioksida di kondensat pada lokasi spesifik dan derajat proteksi korosi yang diinginkan. Penetralan sempurna dicapai jika pH kondensat di semua sistem adalah 8,3. Dari aspek praktik, diperlukan untuk menentukan rentang pH yang memberikan perlindungan yang diinginkan untuk komponen sistem yang penting (kritikal).

Derajat perlindungan dapat dimonitor dengan berbagai cara. Spesimen pengujian korosi dipasang di dalam bypass racks, analisa produk korosi, alat ukur laju korosi, dan filtrasi produk korosi submicron merupakan beberapa peralatan yang efektif yang dapat digunakan.

Sifat amina bikarbonat di dalam deaerator mempengaruhi kebutuhan amina di dalam sistem. Meski senyawa ini larut pada kebanyakan kasus, amina bikarbonat tetap tercampur di dalam kondensat. Did alam sebuah situasi yang ideal, amina bikarbonat masuk menuju deaerator terurai dan melepaskan karbon dioksida menuju atmosfer, dan mengalami resirkulasi menuju boiler. Sifat aktual mencakup kehilangan beberapa tambahan amina dan beberapa resirkulasi karbon dioksida.

Filming Amines

Pendekatan lainnya untuk mengontrol korosi pada sistem kondensat yaitu menggunakan senyawa kimia untuk membentuk lapisan film pelindung pada permukaan logam (Gambar 19.7). Pendekatan ini telah menyebarluas digunakan dengan pengembangan dari produk yang sesuai dengan kandungan senyawa nitrogen berantai panjang.

Film amina melindungi logam terhadap korosi oksigen dan karbon dioksida dengan menggantikan kerak oksida yang longgar di permukaan logam dengan pelindung amina yang sangat tipis. Selama proses pembuatan film awal, produk korosi yang sudah lama dan menempel secara longgar, terangkar dari permukaan logam karena sifat surfaktan dari amina. Logam dibersihkan dari oksida, yang normalnya menempel sangat kuat dan dapat menumpuk dalam waktu yang lama. pembentukan film awal yang awal akan menyebabkan banyak lapisan besi oksida terkelupas, menyumbat pipa traps dan pipa return. Oleh karena itu, penggunaaan harus dinaikkan secara perlahan untuk sistem yang sudah tua.

Ketika terdapat kontaminasi di dalam kondensat, film amina memiliki kecenderungan untuk membentuk deposit melalui reaksi dengan ion dengan banyak valensi seperti sulfat, kesadahan, dan besi. Kelebihan pengumpanan amina dan kontaminasi oksigen yang berlebih dapat juga berkontribusi terhadap pembentukan deposit. Untuk efisiensi yang maksimum, filming amines harus diumpankan secara langsung menuju steam header.

Kemajuan telah dibuat di dalam formulasi filming amines treatments. Straight filming amine mengandung satu komposisi, seperti oktadekilamina efektif tetapi sering gagal untuk melapisi seluruh sistem dan dapat menimbulkan fouling. Emulsfier dan pada beberapa kasus, sedikit amina penetral dapat ditambahkan untuk meningkatkan distribusi pembentukan film melalui pembentukan lapisan penutup yang lebih seragam. Hal ini meningkatkan sistem perlindungan dan mengurangi potesi fouling. Pengalaam penggunaan telah menunjukkan bahwa kombinasi dari amina (filming dan neutralizing amina dengan bantuan dispersan) memberikan ikatan film yang kuatm mengurangi permasalah deposit, dan memberikan pelapisan sistem yang labih baik sehingga memberikan perlindungan korosi yang lebih sempurna dan ekonomis . Penentuan kadar besi di air umpan merupakan metode untuk memonitoring keefektifan dari program penggunaan amina. Aplikasi dari sebuah kombinasi daari neutralizing-filming amine treatment mengurangi kadar besi di air umpan dari 0,5 ppm hingga 0,05 ppm hanya dalam 2 bulan

Pengumpanan dari filming amine biasanya didasarkan pada steam throughput. Perbedaan level dari treatment diperlukan, tergantung pada campuran tertentu di penggunaanya. Pada kasus neutralizer amine, berbagai metode digunakan untuk memonitor keefektifan dari treatment, meliputi spesimen pengujian korosi yang dipasang di bypass coupn racks, analisanya  besi, alat ukur laju korosi, dan filtrasi produk korosi submicron.

Oxygen Scavenging dan Metal Pasivation

Dimana oksigen masuk ke dalam sistem kondensat, korosi besi dan komponen bearing dari tembaga dapat diatasi dengan pengendalian pH yang tepat dan pengguanaan sebuah oxygen scavenger.

Satu faktor penting yang dipertimbangkan dalam pemilihan oxygen scavenger untuk perawatan kondensat adalah reaktivitasi senyawa tersebut dengan oksigen pada temperatur dan pH sistem. Sebuah scavenger yang menghilangkan oksigen secara cepat memberikan perlindungan terbaik untuk metalurgi kondensat. Hidrokuinon telah menunjukkan hasil yang efektif untuk kebanyakan sistem.

Seperti neutralzing amines, distribusi pada steam/liquid untuk masing-masing scavenger memiliki ketergatungan yang unik terhadap temperatur. Beberapa scavenger seperti asam askorbat dan hidrazin, memiliki volatilitasi yang sangat rendah. Oleh karena itu, senyawa ini perlu diumpankan di dekat area yang bermasalah. Sebuah contoh dari hal ini adalah penginjeksian hidrazin menuju exhaust dari turbin untuk menlindung kondenser. Scavenger lain, seperti hidrokuinon relativ volatil dan dapat diumpankan di bagian upstream dari area yang bermasalah.

 

Penggunaan neutralizing amines yang bersamaan dengan sebuah oxygen scanvenger/metal pasivator meningkatkan kontrol korosi melalui dua cara. Pertama, karean senyawa asam yang ada dinetralkan dan pH meningkat, kondensat menjadi kurang korosif. Kedua, kebanyakan oxygen scavenger/pasivator bereaksi secara cepat pada kondisi basa sedang yang dipertahankan oleh amina dibandingkan pada pH yang rendah. Karena alasan ini, kombinasi treatment ini diterima secara luas, terkhusus untuk treatment sistem kondensat yang terkontaminasi oleh oksigen.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *